About

Sampaikanlah walau hanya satu ayat... Terimakasih sudah mengunjungi catatan ku. Selamat membaca ! :)
RSS

Si Putri Hutan dan Lima Tupai

Oleh : Rr. Risang Ayu Dewayani Putri

Di negeri Bintari yang dikelilingi hutan larangan hidup seorang raja, seorang permaisuri dan tiga orang selir. Raja tersebut bernama Gundhala yang terkenal dengan keganasannya dan ketidakadilannya terhadap rakyat. Raja Gundhala hidup dengan budaya beristri banyak, dia punya prinsip akan memiliki lima istri yang mempunyai kegemaran yang berbeda-beda untuk memenuhi janjinya terhadap Buta Kala yang mengancam akan menghancurkan kerajaannya. Dahulu ayahanda Raja Gundhala yaitu Raja Gandriyono bersama istrinya Ratu Shila hanya memiliki empat putri tetapi tidak memiliki anak laki-laki untuk menggantikan posisinya sebagai raja di Kerajaan Bintari. Maka dari itu Raja Gandriyono meminta anak kepada ButaKala dengan menemuinya di Alam Angkasa.

Saat Raja Gandriyono menunggang kereta Naga Manggala menuju Alam Angkasa dia dihalangi oleh seratus satu prajurit bermuka gangsal.

“Hei, kau Raja Bintari ada apakah gerangan kau mendatangi perbatasan kawasan ButaKala ini?” Ucap salah satu prajurit.

“Hamba ingin bertemu dengan ButaKala, hamba ada persoalan penting dan hamba tidak akan membuat kekacauan” Ucap Raja Gandriyono.

“Baiklah silakan masuk !” Ucap salah satu prajurit.

“Silakan masuk Raja Bintari, ada maksud apa kau datang ke alam ku ?” Ucap ButaKala.

“Ampun, ButaKala atas kedatangan hamba yang lancang hamba datang kemari untuk meminta pertolongan ButaKala.” Ucap Raja Gandriyono.

“Pertolongan apa yang dapat aku perbuat ?” Ucap Buta Kala.

“Hamba hanya memiliki empat putri sehingga hamba tidak memiliki pengganti untuk menggantikan posisi hamba sebagai Raja Bintari.” Ucap Raja Gandriyono. ButaKala pun merenung sejenak berusaha berpura-pura berfikir padahal ia tak pernah berfikir.

“Em, ya ya baiklah akan kuberikan kau seorang putra !” Ucap ButaKala. Dengan raut wajah gembira Raja Gandriyono menerimanya.

“Tetapi, ada syaratnya yaitu jika anak laki-laki tersebut sudah memimpin kerajaan, anak itu harus memiliki lima istri yang memiliki kegemaran yang berbeda. Dan istri kelima harus memiliki kegemaran atau kedekatan dengan hutan dan istri tersebut akan melahirkan seorang putri cantik yang memiliki mata berlian, dimana putri tersebut harus diserahkan kepada ku sebagai santapan malamku.” Ucap ButaKala.

“Terimakasih ButaKala hamba akan memenuhi syarat tersebut.” Ucap Raja Gandriyono sebelum meninggalkan dan berpamitang dengan BitaKala.

Raja Gundhala pun mulai gelisah mengingat janji dan pesan ayahandanya terhadap ButaKala, ia pun mengingat semua istrinya melaui batinnya. Istri pertama bernama Sri Wahyuni dengan latar belakang bangsawan dan memiliki kegemaran berbelanja barang mewah serta memberikan dua orang putra yang bernama Putra Mahkota, dan Guntur Bumi. Istri Kedua bernama Suryaningtyas yang berlatar belakang keluarga kyai dan memiliki kegemaran berdoa serta memberi tiga orang putri bernama Risang Geni, Dwilina, dan Anjani Puspita. Idtri Ketiga bernama Dewi Talipati yang berlatar belakang kerajaan seberang dengan kegemaran memasak dan memberikan seorang putra bernama Eko Jadmiko, dan seorang putri bernama Trianilarasati. Dan istri Keempat bernama Caturwati dengan latarbelakang pedagang menengah dan gemar melakukan jual-beli serta memberikan seorang putra bernama Arjuna Keswara.

Untuk menghilangkan perasaan itu dia berbincang dengan salah satu kerabatnya yang bernama Patih Hasno Kusumo di rang santai bagi raja.

“Patih, aku mulai gelisah dengan semua yang dilakukan dan semua yang ku alami. Mengingat istriku sudah empat dan aku masih harus mencari istri terakhir untuk memenuhi janji kepada ButaKala.” Ucap Raja Gundhala.

“Tenanglah wahai sahabatku, aku siap membantumu mencari istri kelima yang cocok dan memenuhi persyaratan tersebut.” Ucap Patih Hasno Kusumo.

“Terimakasih patih, segeralah kau cari wanita tersebut dan segera berikan kepadaku.” Ucap Raja Gundhala. “Siap laksanakan.” Ucap Raja Gundhala.

Raja Gundhala pun menghabiskan waktunya dengan anak-anaknya dan semua istrinya sambil menunggu laporan dari Patih Hasno Kusumo. Suatu hari saat Raja Gundhala bermain catur dengan putranya yang bernama Guntur Bumi anak kedua dari istri pertama yaitu Sri Wahyuni. Sedangkan Patih Hasno Kusumo menjelajah negeri mencari wanita dengan latar belakang dari hutan sebagai istri Raja Gundhala.

Suatu hari saat Patih Hasno Kusumo dalam perjalanan menuju hutan yang dianggap penduduk sebagai hutan larangan, ia bertemu seekor tupai. Dia sangat ingin menangkap tupai itu untuk dijadikan santapmakan siangnya. Dia pun mulai menarik anak panahnya dan akan melepaskannya menuju tupai itu.

“Jangan, bunuh aku!” Kata tupai.

Patih pun terkejut mendengarnya. “Kenapa aku tak boleh membunuhmu padahal aku sangat lapar, dan aku tak bisa meneruskan perjalanan jika perutku kosong seperti ini.” Ucap Patih Hasno Kusumo.

“Jika kau berani membunuh hewan di hutan ini, kau tak akan pernah bisa kembali ke kerajaan lagi. Sebaiknya kau,ikut denganku saja mencari buah untuk dimakan, bagaimana?” Kata tupai dengan gayanya.

“Baiklah” Kata Patih Hasno Kusumo. Merekapun berjalan sambil melihat-lihat jika ada buah yang bisa dimakan. Tupai pun menemukan pohon kelapa dan pohon sawo kecikk.

“Patih, disana ada buah, saya akan mengambil kelapa mudanya , dan kau mengambil sawo keciknya.” Kata tupai.

“Baiklah tupai.” Kata Patih Hasno Kusumo. Setelah mereka mengambil buah tersebut merekapun menyantapnya. Setelah makanannya habis tupai pun ingin bertanya kepada patih soal kedatangannya ke hutan ini.

“Ada apakakah kau masuk ke wilayah ini?” Kata tupai.

“Saya diutus Raja Gundhala untuk mencari seorang wanita dengan latar belakang hutan untuk dijadikan istri kelimanya.”Kata Patih Hasno Kusumo.

“Ha,ha,ha Raja Gundhala tak salah ku mendengarnya? Dia kan raja brengas dan berbudaya istri banyak walaupun, memang sih mukanya tampan. Em, aku tau siapa wanita yang kau cari.” Kata tupai sambil naik ke bahu patih.

“Dimana wanita itu, bawalah aku padanya”. Ucap Patih Hasno Kusumo.

“Saya akan membantumu menemui wanita itu ke sebuah gubuk di tengah hutan. Dia bernama Putri Hutan yang tinggal bersama neneknya yang bernama Mbah Suryanti.” Ucap tupai.

“Ayo kita pergi kesan tupai.” Kata Patih Hasno Kusumo.

“Tetapi untuk menuju gubuk itu banyak benatang dan tanaman liar yang bisa membunuh kamu, sehingga kita harus waspada dan kita harus mencari daun ajaib jika kita nanti terluka dan kita harus membawa buah beracun sebagai sneapan untuk membius bintang atau tanaman itu.” Ucap tupai.

“Baiklah, di sana ada daun sringgowani aku akan memetiknya, dan kamu yang memetik lempeni pemiusnya” Ucap Patih Hasno Kusumo. Merekapun memetih dua benda tersebut dan pergi masuk ke dalam hutan dengan mengendarai kuda. Belum jauh si kaki kuda berlari, tiba-tiba kuda berhenti karena ada dua harimau putih di depannya.

“Patih, ayo tembakkan lempeni itu dengan cara kau tancapkan ke mata anak panah mu!” Kata tupai. Patih pun melaksanakan apa yang diperintahkan tupai, dengan tenaganya patihpun menembak lempeni menuju sasaran yang tepat. Patih pun kembali menembak lempeni itu dan akhirnya dua harimau putih itu pingsan karena terbius. Tak jauh setelah melumpuhkan dua harimau, kuda kembali berhenti karena ada tiga pohon yang bisa berjalan. Patih pun berhasil melumpuhkan tiga pohon itu.

Semakin jauh dan semakin jauh mereka masuk ke dalam hutan. Karena malam telah tiba mereka memutuskan untuk bermalam di sebuah rumah pohon. Keesokan harinya tupai membangunkan patih karena matahari sudah menampakkan sinarnya. Setelah mereka terbangun, mereka menuju sungai kecil untuk minum dan membersihkan tubuh mereka.

Keesokan harinya mereaka melanjutkan perjalana. Tetapi langkah kuda kembali terhenti, melihat ada empat tupai muncul, patihpun mengambil senapannya nya.

“Jangan patih itu keluargaku mereka baik patih, jangan kau tembak mereka.” Kata tupai.

“Baiklah.”Kata patih. “Selamat datang patih di halaman rumah putri, silakan masuk patih kami tau maksudmu baik.” Kata empat tupai itu.

“Terimakasih.” Kata patih. Disana terlihat nenek-nenek dan seorang putri yang sedang memotong kayu. Paras cantik putri membuat patih mulai menyukainya.

“Selamat datang patih, saya tau maksud dan tujuan patih ke sini, silakan masuk patih !”Kata Mbah Suryanti. Patihpun masuk bersama lima tupai yang sebenarnya peliharaan putri. Putripun mengambilkan secangkir kopi dan kue yang dibuatnya sendiri.

“Silakan diminum, patih.” Kata putri.

“Terimakasih putri.”Kata patih.

“Nak apakah kau mencintai cucuku Si Putri Hutan?” Kata Mbah Suryanti.

“Em, sebenarnya sejak saya diceritakan tentang putri saya sudah mencintainya mbah, akan tetapi saya di utus Raja Gundhala untuk mencari putri untuk dijadikan istri kelimanya. Dan Jika Raja dan putri menikah mereka akan dikaruniai seprang putri cantik yang memiliki mata yang berbinar-biar. Akan tetapi anak tersebut harus diserahkan kepada ButaKala sebagai santap malamnya dihari ulangtahunnya karena jika tidak kasihan nasib Kerajaan Bintari ini .”Ucap patih.

“Patih, nek, aku tak mau menikah dengan Raja Gundhala aku tak rela jika anakku nanti menjadi lauk ButaKala. Tetapi aku juga tak rela jika karena aku semua orang akan musnah dan hancur.”Ucap putri.

“Yasudah, aku terserah kau saja, nenek yakin kau cucu yang baik, dan kau akan melakukan hal yang terbaik. Menikahlah dengan raja itu.”Ucap Mbah Suryanti. Setelah berunding akhirnya Patih Hasno Kusumo berhasil membawa putri ke Raja Gunhala.

Sesampai di kerajaan, raja pun langsung melakukan serangkain upacara adat untuk meminang putri tersebut. Setelah satu setengah tahun pernikahannya mereka dikaruniai seorang putri cantik yang diberi nama Putri Cahaya Bintari sesuai dengan sinar yang muncul dari kedua matanya. Setelah berusia lima tahun, Buta Kala datang ke kerajaan, ia menagih janji raja. Raja Gundhala dan Putri Hutan berduka mengingat sebentar lagi adalah ulang tahun Buta Kala dan saat itu pula mereka harus menyerahkan sang putri kecil. Akhirnya Buta Kala datang dan meminta Putri Cahaya Bintari. Dengan gigihnya Putri Hutan memperjuangkan putrinya agar tidak disantap Buta Kala. Buta Kala bersedia tidak memakan anak itu, tetapi Putri Hutan harus menjadi selirnya di Alam Angkasa. Dengan perundingan, akhirnya raja setuju untuk merelakan istrinya tersebut. Dan Buta Kala membawa Putri Hutan sedangkan Raja Gundhala berubah menjadi sosok yang baik hati yang menyayangi dan membesarkan seluruh anak-anaknya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar